Menjadi Apapun Dirimu
Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia kan
menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia kan kukuh halangi deru ombak
yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia kan melawan bayu yang keras
menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia kan menahan
hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan
keteguhannya. Sebab ia kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa
arus. Sebab ia kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad,
tanpa rasa jemu dan bosan.
Menjadi
pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia ‘kan tatap
tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia ‘kan meliuk
halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi
gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab
ia ‘kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia ‘kan senantiasa
berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan berikan tempat
bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan
tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.
Menjadi
paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan
menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang
coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.
Menjadi
elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia
harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana
untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala
penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus
kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam
mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap
yang membentang gagah.
Menjadi
melati-lah, meski tampak tak bermakna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian
tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak
takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang
membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar.
Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak
pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada
tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat
hidupnya.
Menjadi
mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam.
Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu
berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski
tenggelam di kubangan yang hitam.
Menjadi
kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses
sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan.
Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga
kemudian tiba saat untuk keluar.
Karang
akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan
menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah
untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya. Paus akan menggetarkan
samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan,
silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas ‘tuk selalu
menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala
kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah
kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di
kiri-kanan, depan dan belakang.
Tapi
karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan
lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi
kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan
meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang,
dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar
dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia
meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.
Menjadi
apapun dirimu…, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu.
Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu. Jadilah karang yang
kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar
menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau
apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari kehambaanmu.
0 comments:
Post a Comment