Sponsor

"Ilmu Tanpa Amalan Ibarat Pohon Tanpa Buah" Ilmu Yang Berfaidah Adalah Ilmu Yang Digunakan Atau Dimanfaatkan, Dan Pekerjaan Yang Baik Adalah Pekerjaan Yang Dikerjakan Dengan Baik, Maka Ilmu Harus Dimanfaatkan Dan Harus Dipakai Untuk Memudahkan Dan Menyempurnakan Sesuatu Pekerjaan Agar Baik Hasilnya, Dan Mendatangkan Manfaat Bagi Kita Dan Orang-Orang Disekitar KIta.

Sunday, June 23, 2013

PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR








A.    Pengertian Perpustakaan
  Untuk menguasai ilmu, pengetahuan dan keterampilan, seorang siswa tidak cukup hanya mengandalkan materi pelajaran dari guru dan buku latihan yang dimilikinya saja. Dia juga harus mencari dan mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari ke dua sumber utama tersebut, terutama yang berupa sumber bacaan, baik teks maupun gambar, yang pada umumnya termuat dalam buku. Dengan akses pada sumber-sumber tersebut, seorang siswa dapat memiliki wawasan yang lebih luas dan bervariasi, bahkan diketahui bahwa anak yang memiliki sumber pengetahuan yang banyak akan lebih mudah menguasai ilmu dan keterampilan yang diberikan di kelas. Kondisi ini dikenal sebagai literasi informasi:
...a set of abilities enabling individuals to "recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information."(American Library Association, 1989).
Makna pernyataan ini adalah bahwa seorang yang memiliki sumber informasi adalah orang yang mengetahui kapan sebuh informasi dibutuhkan dan mampu menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakannya. Seorang siswa di dalam mencari ilmu dan pengetahuan harus memiliki kemampuan ini sehingga secara mandiri dia dapat menambah pengetahuan melalui informasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai pengetahuan.
Fasilitas yang terdekat dan paling dapat menjangkau dan dijangkau oleh siswa adalah perpustakaan sekolah. Melalui perpustakaan inilah setiap siswa akan belajar mengenali jenis dan bentuk sumber informasi, baik format tercetak dan elektronik. Melalui perpustakaan siswa akan terbiasa menggunakan sumber informasi setiap kali akan mengambil sebuah keputusan, tidak lagi hanya berdasarkan kebiasaan, tebakan atau kebetulan. Melalui perpustakaan sekolah, seorang siswa akan belajar dan mengetahui kondisi di luar dunianya jauh sebelum mengalaminya sendiri, sehingga tidak ada kebingungan saat terjun ke dunia yang sesungguhnya.
Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi. Perkembangan tersebut juga membawa dampak kepada “pengelompokkan” perpustakaan berdasarkan pola-pola kehidupan, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi tadi. Istilah-istilah perpustakaan “membengkak” menjadi sangat luas namun cenderung mempunyai sebuah spesifikasi tertentu. Dilihat dari perkembangan teknologi informasinya perpustakaan berkembang dari perpustakaan tradisional, semi-tradisional, elektronik, digital hingga perpustakaan “virtual”. Kemudian dilihat dari pola kehidupan masyarakat berkembang mulai perpustakaan desa, perpustakaan masjid, perpustakaan pribadi, perpustakaan keliling, dan sebagainya. Kemudian juga dilihat dari perkembangan kebutuhan dan pengetahuan sekarang ini banyak bermunculan istilah perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan anak-anak, perpustakaan sekolah, perpustakaan akademik (perguruan tinggi), perpustakaan perusahaan, dan lain sebagainya (Surachman, 2005:1).
Namun dari sekian banyak istilah dan jenis perpustakaan tersebut, sebetulnya berdasarkan sifat dan golongan besar perpustakaan secara umum terbagi dalam sebuah bentuk perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Dimana dari kedua perpustakaan tersebutlah berkembang istilah lain yang disesuaikan dengan cara pengelolaan, pengguna, tujuan, teknologi yang digunakan, pengetahuan yang dikemas, serta tujuan perpustakaan didirikan.

B.     Perpustakaan Ideal
Sesuai gagasan bahwa sebuah perpustakaan sekolah berperan dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar dan informasi siswa sekolah, maka perpustakaan tersebut perlu dibuat sesuai dengan gambaran ideal sebuah perpustakaan sekolah. Seperti apa gambarannya? Sebenarnya tidak rumit dan muluk dan semua sekolah seharusnya bisa melakukannya.
Menurut Rusmana (2008:3), gambaran bentuk perpustakaan ideal adalah sebagai berikut:
  1. Siswa-siswi memenuhi perpustakaan untuk melakukan kegiatan belajar, menggunakanreferensi untuk memecahkan masalah, dan menambah pengetahuan baru.
  2. Perpustakaan memberikan layanan sejak awal jam sekolah sampai satu atau dua jamsetelah selesai jam sekolah sehingga siswa dapat memiliki keleluasaan waktumenggunakan layanan perpustakaan.
  3. Guru menggunakan seluruh koleksi dan layanan perpustakaan untuk kepentingan prosesbelajar mengajar, baik dilakukan sendiri atau dengan menugasi siswa. Hal ini dapatdilakukan karena jam layanan perpustakaan yang panjang di atas jam sekolah.
  4. Guru dan pustakawan secara rutin bertemu dan berdiskusi di ruang perpustakaanmengenai koleksi dan jenis layanan yang seharusnya disediakan di perpustakaan.
  5. Pustakawan secara rutin memberi informasi mengenai koleksi dan layanan terbaru yangdisajkan kepada guru.
  6. Tenaga pengelola khusus menjalankan peran dan fungsinya untuk perpustakaan, dantidak kehabisan waktu oleh kegiatan mengajar, sehingga selalu ada untuk mendampingisiswa meningkatkan literasi informasi.
  7. Bekerja sama dengan manajemen sekolah, guru dan siswa, perpustakaan mengadakanberbagai kegiatan agar keberadaannya selalu diketahui dan menarik banyak pihak,baik dari dalam lingkungan sekolah seperti siswa, guru dan manajemen sekolahnya,maupun masyarakat luar, termasuk orang tua dan pemerintah setempat.
  8. Perpustakaan bekerja sama dengan masyarakat (orang tua siswa, komunitas pecintaperpustakaan, ikatan profesi pengelola perpustakaan) membangun dan memeliharakeberlangsungan perpustakaan agar selalu dalam kualitas yang tinggi.
  9. Perpustakaan memiliki tempat berdiskusi dengan penataan meja kursi yang menumbuhkan kenyamanan siswa sehingga mereka bisa berdiskusi cukup lama yang akan merangsangkreatifitas.
  10. Perpustakaan menjadi pusat informasi apapun (dari jadwal pelajaran, majalahdinding, sampai lowongan kerja) dari sekolah, dari siswa, maupun dari pihak luar.
C.    Unsur Pengelolaan Perpustakaan
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan yakni:

a. Pustakawan
Kunci sukses utama perpustakaan, apapun jenis dan bentuknya, adalah pustakawan yang mendedikasikan seluruh kemampuan dan kapasitasnya untuk memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan profil penggunanya. Untuk itu seorang pustakawan haruslah memiliki kecakapan dalam bidangnya. Idealnya sebuah perpustakaan sekolah paling sedikit dikelola oleh empat pustakawan yang masing-masing bertanggung jawab pada (1) collection development (riset, perolehan, pemilihan dan penyiangan bahan pustaka), (2) processing (klasifikasi, katalog, data entry, dan labbelling), (3) dissemination (sirkulasi, referensi, shelving, penataan ruang dan bentuk layanan), management (pengaturan dan pengawasan kualitas kerja, pembinaan hubungan dengan pengguna dan pihak terkait).
Agar pustakawan dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing dengan optimal, mereka harus mendapatkan pendidikan khusus di bidang perpustakakan (kuliah, kursus, diklat). Kemudian hasil pendidikan ini dilengkapi dengan pengalaman dan pergaulan yang luas dengan sesama pustakawan melalui berbagai kegiatan dan keterlibatan dalam organisasi perpustakaan pustakawan dan perpustakaan sekolah (salah satunya APISI).

b. Fasilitas Pengelolaan dan Layanan
Idealnya sebuah perpustakaan sekolah berada pada sebuah bangunan yang sengaja dibangun dan ditata khusus untuk perpustakaan dimana ruang dibagi sesuai fungsi masing-masing komponen manajemen perpustakaan. Idealnya juga gedung perpustakaan ini berlokasi di tempat yang paling mudah dikenali dan dicapai (tidak disudut bangunan sekolah atau di lantai paling atas).
Namun perpustakaan sebenarnya akan tetap dapat dijalankan dengan optimal dengan fasilitas bangunan yang sudah ada (tidak dibangun khusus), namun dengan penataan furnitur yang menarik dan memberikan kenyamanan. Untuk itu manajemen sekolah bisa berkonsultasi (kalau bisa yang gratis - bisa juga mahasiswa dari sekolah desain interior) kepada ahli tata ruang untuk mengatur penempatan perabotan. Dengan demikian siswa akan merasakan keleluasaan dalam bergerak di perpustakaan.
Jika memungkinkan sebaiknya meja kursi dan rak penyimpanan bahan pustaka (buku, majalah, peta sampai kaset dan CD formatted data) dibuat dengan rancangan khusus, atau minimal warnanya sehingga berbeda dengan perabotan kelas dan kantor. Perbedaan ini akan membuat siswa merasa bahwa perpustakaan bukan sebuah ruang “biasa saja,” tetapi sebuah fasilitas istimewa yang menarik untuk dikunjungi.
Untuk menumbuhkan rasa memiliki, sebenarnya akan lebih baik jika siswa diberikan juga kesempatan untuk mempercantik ruang perpustakaan dengan dekorasi yang sesuai dengan usia dan trend mereka. Dengan bimbingan guru dan pustakawan, maka dekorasi akan menarik tetapi tetap beretika dan sopan.

c. Koleksi
Pada umumnya sebagian besar koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari koleksi yang diperuntukan sebagai sumber utama kegiatan belajar berupa buku-buku pelajaran yang diwajibkan, baik yang diperoleh dari usaha sekolah sendiri ataupun buku wajib yang diperoleh atas bantuan Departemen Pendidikan Nasional. Koleksi ini menyebabkan suasana perpustakaan terasa monoton karena hampir semua koleksi berformat sama dan seragam.
Untuk itu sebaiknya perpustakaan sekolah menambah variasi koleksi dengan jenis bahan pustaka lain yang ‘berbeda’, misalnya koleksi yang bersifat hiburan seperti novel, buku cerita pendek, atau bahkan komik. Perpustakaan bisa juga mengoleksi majalah atau tabloid remaja yang dipilih khusus oleh pustakawan sehingga hanya yang pantas saja yang boleh ada. Koleksi khusus ini tidak harus didapatkan dengan membeli atau berlangganan, tetapi bisa juga merupakan sumbangan dari pihak yang menaruh perhatian pada perkembangan perpustakaan.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah melalui kerja sama dengan penerbit di mana perpustakaan berperan sebagai ‘factory outlet’ dari produk terbitan (buku atau majalah) yang setelah beberapa waktu - berdasarkan perjanjian - dapat menjadi milik perpustakaan. Sebaiknya untuk kerjasama ini perpustakaan memiliki rak khusus atau rak display produk yang bermerk penerbit. Yang harus diperhatikan adalah bahwa penyeleksi koleksi yang boleh disajikan di perpustakaan sekolah adalah pustakawan sekolah, bukan penerbit.

d. Manajemen Bersama

The role of the teacher-librarian has evolved from "keeper of the books" to "information resource specialist." A teacher-librarian, besides being responsible for the daily operations of the school library resource centre, is a full instructional partner with classroom teachers. Teacher-librarians play a vital role in educating students to become information managers and lifelong learners. (University of Prince Edward Island, 1999)
Manajemen perpustakaan sekolah bukan sebuah tanggung jawab tunggal dari pustakawan, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara pustakawan, guru dan murid. Guru adalah rekan utama dalam menentukan dan memilih koleksi bahan pustaka dan kegiatan yang sebaiknya diadakan di dan oleh perpustakaan sekolah. Guru dan pustakawan berperan sangat vital untuk mendidik siswa untuk menjadi manajer informasi dan tetap belajar seumur hidup. Cara yang dapat dilakukan adalah melibatkan siswa dalam manajemen perpustakaan sebagai salah satu komponen pengelola perpustakaan sekolah. Cara ini merupakan cara yang sudah diterapkan di perpustakaan sekolah di negara maju yang terbukti menghasilkan siswa yang sangat kreatif dalam mencari dan menggunakan informasi.
Dengan melibatkan dan memberikan kepercayaan pada siswa untuk ikut mengelola, perpustakaan juga mendidik mereka untuk bertanggung jawab pada keadaan perpustakaan. Siswa akan menjadi paham apa yang masalah yang dihadapi perpustakaan dan berkreasi untuk mencari cara mengatasinya. Yang paling utama dalam manajemen perpustakaan sekolah adalah kemajuan peran pustakawan yang tadinya adalah “penjaga buku” ("keeper of the books") menjadi “ahli sumber informasi” (information resource specialist). Pustakawan menjadi orang yang mengetahui informasi apa yang paling diperlukan siswa dan bagaimana mendapatkannya. Dengan kemampuannya, seorang pustakawan akan mendidik siswa memiliki sumber informasi.

D.    Faktor-Faktor Pendukung Lainnya

Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan satu hal yang tidak bisa dihindarkan akan masuk ke dalam proses perkembangan perpustakaan. Apalagi dalam perpustakaan khusus yang mengutamakan informasi yang muktahir dan serba cepat, maka penerapan teknologi informasi adalah kebutuhan mutlak. Hal ini terutama difokuskan pada teknologi yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memperoleh informasi lebih luas, cepat, tepat, dan up to date, misalkan melalui fasilitas Internet, Database Online, Media Compact Disk, dan sebagainya.

Jaringan Kerjasama
Jaringan kerjasama perpustakaan adalah penting, terutama bagi perpustakaan khusus yang memiliki perhatian dalam bidang yang sama. Kerjasama ini akan banyak membantu untuk peningkatan layanan perpustakaan dan saling melengkapi layanan informasi antara satu perpustakaan dan perpustakaan lainnya dalam jaringan tersebut.

Pemasaran / Promosi
Pemasaran atau promosi adalah hal penting yang perlu dilakukan dalam sebuah perpustakaan khusus. Promosi bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara perpustakaan dan calon pengguna. Karena salah satu keberhasilan sebuah perpustakaan adalah dapat dilihat dari tingkat kunjungan pengguna dan pemanfaatan informasi (koleksi) oleh pengguna. Hal yang penting yang harus dipikirkan adalah dukungan dari manajemen, karena promosi mestinya termasuk dalam anggaran perpustakaan dan terintegrasi ke dalam proses perencanaan perpustakaan.
Dengan demikian, untuk mencapai gambaran ideal tentang kondisi perpustakaan sekolah, terdapat beberapa komponen yang secara berurutan atau serentak dibangun dan dikembangkan, seperti yang telah diuraikan diatas.


E.     Simpulan

Pembangunan dan pengelolaan perpustakaan sekolah hanya dapat dilakukan dan menghasilkan kondisi yang ideal melalui kerjasama yang kompak antara pustakawan, guru, siswa dan manajemen sekolah. Perkembangan dan pemeliharaan koleksi yang merupakan tanggung jawab bersama dapat dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Untuk itu seorang pustakawan perpustakaan sekolah haruslah orang yang memiliki kemampuan membina hubungan dengan banyak pihak dari berbagai lapisan sosial dalam masyarakat. Pustakawan juga dituntut untuk selalu kreatif, inisiatif dan inovatif. Oleh karena itu idealnya pustakawan sekolah memiliki pendidikan khusus dalam bidang perpustakaan dan informasi dan tidak merangkap jabatan sebagai guru sehingga memiliki konsentrasi tinggi terhadap profesinya sebagai pustakawan.
Di atas semua itu, manajemen sekolah adalah pihak yang paling menentukan apakah sebuah perpustakaan di sekolahnya akan dapat terus berkembang atau mati. Manajemen sekolah harus sadar (atau disadarkan) bahwa perpustakaan di sekolahnya adalah sumber belajar yang utama yang jika dijalankan dengan dukungan kualitas yang tinggi, akan melahirkan siswa dengan kualitas yang tinggi, yang pada akhirnya akan mengangkat reputasi sekolah itu sendiri.

F.     Daftar Pustaka

Rusmana, Agus. 2008. Membangun dan Mengelola Perpustakaan Sekolah yang Ideal.Bandung: UNPAD.

Sudarsono Sudirdjo. 2008. Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. http://purwanto.web.id/?p=114. Diakses Pada Tanggal 17 November 2009.

Surachman, Arif. 2005.Pengelolaan Perpustakaan Khusus. Yogyakarta: UGM.

Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.

Purwanto. 2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

0 comments:

Post a Comment