Untuk
menguasai ilmu, pengetahuan dan keterampilan, seorang siswa tidak cukup hanya
mengandalkan materi pelajaran dari guru dan buku latihan yang dimilikinya saja.
Dia juga harus mencari dan mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari ke dua sumber
utama tersebut, terutama yang berupa sumber bacaan, baik teks maupun gambar,
yang pada umumnya termuat dalam buku. Dengan akses pada sumber-sumber tersebut,
seorang siswa dapat memiliki wawasan yang lebih luas dan bervariasi, bahkan
diketahui bahwa anak yang memiliki sumber pengetahuan yang banyak akan lebih
mudah menguasai ilmu dan keterampilan yang diberikan di kelas. Kondisi ini
dikenal sebagai literasi informasi:
...a set of
abilities enabling individuals to "recognize when information is needed
and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed
information."(American Library Association, 1989).
Makna
pernyataan ini adalah bahwa seorang yang memiliki sumber informasi adalah orang
yang mengetahui kapan sebuh informasi dibutuhkan dan mampu menemukan,
mengevaluasi, dan secara efektif menggunakannya. Seorang siswa di dalam mencari
ilmu dan pengetahuan harus memiliki kemampuan ini sehingga secara mandiri dia
dapat menambah pengetahuan melalui informasi yang nantinya dapat dijadikan
sebagai pengetahuan.
Fasilitas
yang terdekat dan paling dapat menjangkau dan dijangkau oleh siswa adalah
perpustakaan sekolah. Melalui perpustakaan inilah setiap siswa akan belajar
mengenali jenis dan bentuk sumber informasi, baik format tercetak dan
elektronik. Melalui perpustakaan siswa akan terbiasa menggunakan sumber
informasi setiap kali akan mengambil sebuah keputusan, tidak lagi hanya
berdasarkan kebiasaan, tebakan atau kebetulan. Melalui perpustakaan sekolah,
seorang siswa akan belajar dan mengetahui kondisi di luar dunianya jauh sebelum
mengalaminya sendiri, sehingga tidak ada kebingungan saat terjun ke dunia yang
sesungguhnya.
Perpustakaan
berkembang pesat dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan
masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi. Perkembangan
tersebut juga membawa dampak kepada “pengelompokkan” perpustakaan berdasarkan
pola-pola kehidupan, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi tadi.
Istilah-istilah perpustakaan “membengkak” menjadi sangat luas namun cenderung
mempunyai sebuah spesifikasi tertentu. Dilihat dari perkembangan teknologi
informasinya perpustakaan berkembang dari perpustakaan tradisional,
semi-tradisional, elektronik, digital hingga perpustakaan “virtual”. Kemudian
dilihat dari pola kehidupan masyarakat berkembang mulai perpustakaan desa,
perpustakaan masjid, perpustakaan pribadi, perpustakaan keliling, dan
sebagainya. Kemudian juga dilihat dari perkembangan kebutuhan dan pengetahuan
sekarang ini banyak bermunculan istilah perpustakaan umum, perpustakaan khusus,
perpustakaan anak-anak, perpustakaan sekolah, perpustakaan akademik (perguruan
tinggi), perpustakaan perusahaan, dan lain sebagainya (Surachman, 2005:1).
Namun dari
sekian banyak istilah dan jenis perpustakaan tersebut, sebetulnya berdasarkan
sifat dan golongan besar perpustakaan secara umum terbagi dalam sebuah bentuk
perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Dimana dari kedua perpustakaan
tersebutlah berkembang istilah lain yang disesuaikan dengan cara pengelolaan,
pengguna, tujuan, teknologi yang digunakan, pengetahuan yang dikemas, serta
tujuan perpustakaan didirikan.
B.
Perpustakaan Ideal
Sesuai
gagasan bahwa sebuah perpustakaan sekolah berperan dan berfungsi sebagai pusat
sumber belajar dan informasi siswa sekolah, maka perpustakaan tersebut perlu
dibuat sesuai dengan gambaran ideal sebuah perpustakaan sekolah. Seperti apa
gambarannya? Sebenarnya tidak rumit dan muluk dan semua sekolah seharusnya bisa
melakukannya.
Menurut
Rusmana (2008:3), gambaran bentuk perpustakaan ideal adalah sebagai berikut:
- Siswa-siswi memenuhi perpustakaan untuk melakukan kegiatan belajar, menggunakanreferensi untuk memecahkan masalah, dan menambah pengetahuan baru.
- Perpustakaan memberikan layanan sejak awal jam sekolah sampai satu atau dua jamsetelah selesai jam sekolah sehingga siswa dapat memiliki keleluasaan waktumenggunakan layanan perpustakaan.
- Guru menggunakan seluruh koleksi dan layanan perpustakaan untuk kepentingan prosesbelajar mengajar, baik dilakukan sendiri atau dengan menugasi siswa. Hal ini dapatdilakukan karena jam layanan perpustakaan yang panjang di atas jam sekolah.
- Guru dan pustakawan secara rutin bertemu dan berdiskusi di ruang perpustakaanmengenai koleksi dan jenis layanan yang seharusnya disediakan di perpustakaan.
- Pustakawan secara rutin memberi informasi mengenai koleksi dan layanan terbaru yangdisajkan kepada guru.
- Tenaga pengelola khusus menjalankan peran dan fungsinya untuk perpustakaan, dantidak kehabisan waktu oleh kegiatan mengajar, sehingga selalu ada untuk mendampingisiswa meningkatkan literasi informasi.
- Bekerja sama dengan manajemen sekolah, guru dan siswa, perpustakaan mengadakanberbagai kegiatan agar keberadaannya selalu diketahui dan menarik banyak pihak,baik dari dalam lingkungan sekolah seperti siswa, guru dan manajemen sekolahnya,maupun masyarakat luar, termasuk orang tua dan pemerintah setempat.
- Perpustakaan bekerja sama dengan masyarakat (orang tua siswa, komunitas pecintaperpustakaan, ikatan profesi pengelola perpustakaan) membangun dan memeliharakeberlangsungan perpustakaan agar selalu dalam kualitas yang tinggi.
- Perpustakaan memiliki tempat berdiskusi dengan penataan meja kursi yang menumbuhkan kenyamanan siswa sehingga mereka bisa berdiskusi cukup lama yang akan merangsangkreatifitas.
- Perpustakaan menjadi pusat informasi apapun (dari jadwal pelajaran, majalahdinding, sampai lowongan kerja) dari sekolah, dari siswa, maupun dari pihak luar.
C.
Unsur Pengelolaan Perpustakaan
Ada beberapa
unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan yakni:
a.
Pustakawan
Kunci sukses
utama perpustakaan, apapun jenis dan bentuknya, adalah pustakawan yang
mendedikasikan seluruh kemampuan dan kapasitasnya untuk memberikan layanan yang
sesuai dengan kebutuhan dan profil penggunanya. Untuk itu seorang pustakawan
haruslah memiliki kecakapan dalam bidangnya. Idealnya sebuah perpustakaan
sekolah paling sedikit dikelola oleh empat pustakawan yang masing-masing
bertanggung jawab pada (1) collection development (riset, perolehan, pemilihan
dan penyiangan bahan pustaka), (2) processing (klasifikasi, katalog, data
entry, dan labbelling), (3) dissemination (sirkulasi, referensi, shelving,
penataan ruang dan bentuk layanan), management (pengaturan dan pengawasan
kualitas kerja, pembinaan hubungan dengan pengguna dan pihak terkait).
Agar
pustakawan dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing dengan optimal,
mereka harus mendapatkan pendidikan khusus di bidang perpustakakan (kuliah,
kursus, diklat). Kemudian hasil pendidikan ini dilengkapi dengan pengalaman dan
pergaulan yang luas dengan sesama pustakawan melalui berbagai kegiatan dan
keterlibatan dalam organisasi perpustakaan pustakawan dan perpustakaan sekolah
(salah satunya APISI).
b. Fasilitas
Pengelolaan dan Layanan
Idealnya sebuah
perpustakaan sekolah berada pada sebuah bangunan yang sengaja dibangun dan
ditata khusus untuk perpustakaan dimana ruang dibagi sesuai fungsi
masing-masing komponen manajemen perpustakaan. Idealnya juga gedung
perpustakaan ini berlokasi di tempat yang paling mudah dikenali dan dicapai
(tidak disudut bangunan sekolah atau di lantai paling atas).
Namun
perpustakaan sebenarnya akan tetap dapat dijalankan dengan optimal dengan
fasilitas bangunan yang sudah ada (tidak dibangun khusus), namun dengan
penataan furnitur yang menarik dan memberikan kenyamanan. Untuk itu manajemen
sekolah bisa berkonsultasi (kalau bisa yang gratis - bisa juga mahasiswa dari
sekolah desain interior) kepada ahli tata ruang untuk mengatur penempatan
perabotan. Dengan demikian siswa akan merasakan keleluasaan dalam bergerak di
perpustakaan.
Jika
memungkinkan sebaiknya meja kursi dan rak penyimpanan bahan pustaka (buku,
majalah, peta sampai kaset dan CD formatted data) dibuat dengan rancangan
khusus, atau minimal warnanya sehingga berbeda dengan perabotan kelas dan
kantor. Perbedaan ini akan membuat siswa merasa bahwa perpustakaan bukan sebuah
ruang “biasa saja,” tetapi sebuah fasilitas istimewa yang menarik untuk
dikunjungi.
Untuk
menumbuhkan rasa memiliki, sebenarnya akan lebih baik jika siswa diberikan juga
kesempatan untuk mempercantik ruang perpustakaan dengan dekorasi yang sesuai
dengan usia dan trend mereka. Dengan bimbingan guru dan pustakawan, maka
dekorasi akan menarik tetapi tetap beretika dan sopan.
c. Koleksi
Pada umumnya
sebagian besar koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari koleksi yang
diperuntukan sebagai sumber utama kegiatan belajar berupa buku-buku pelajaran
yang diwajibkan, baik yang diperoleh dari usaha sekolah sendiri ataupun buku
wajib yang diperoleh atas bantuan Departemen Pendidikan Nasional. Koleksi ini
menyebabkan suasana perpustakaan terasa monoton karena hampir semua koleksi
berformat sama dan seragam.
Untuk itu
sebaiknya perpustakaan sekolah menambah variasi koleksi dengan jenis bahan
pustaka lain yang ‘berbeda’, misalnya koleksi yang bersifat hiburan seperti
novel, buku cerita pendek, atau bahkan komik. Perpustakaan bisa juga mengoleksi
majalah atau tabloid remaja yang dipilih khusus oleh pustakawan sehingga hanya
yang pantas saja yang boleh ada. Koleksi khusus ini tidak harus didapatkan
dengan membeli atau berlangganan, tetapi bisa juga merupakan sumbangan dari
pihak yang menaruh perhatian pada perkembangan perpustakaan.
Cara lain
yang dapat ditempuh adalah melalui kerja sama dengan penerbit di mana
perpustakaan berperan sebagai ‘factory outlet’ dari produk terbitan (buku atau
majalah) yang setelah beberapa waktu - berdasarkan perjanjian - dapat menjadi
milik perpustakaan. Sebaiknya untuk kerjasama ini perpustakaan memiliki rak
khusus atau rak display produk yang bermerk penerbit. Yang harus diperhatikan
adalah bahwa penyeleksi koleksi yang boleh disajikan di perpustakaan sekolah
adalah pustakawan sekolah, bukan penerbit.
d. Manajemen
Bersama
The role of
the teacher-librarian has evolved from "keeper of the books" to
"information resource specialist." A teacher-librarian, besides being
responsible for the daily operations of the school library resource centre, is
a full instructional partner with classroom teachers. Teacher-librarians play a
vital role in educating students to become information managers and lifelong
learners. (University of Prince Edward Island, 1999)
Manajemen
perpustakaan sekolah bukan sebuah tanggung jawab tunggal dari pustakawan,
tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara pustakawan, guru dan murid.
Guru adalah rekan utama dalam menentukan dan memilih koleksi bahan pustaka dan
kegiatan yang sebaiknya diadakan di dan oleh perpustakaan sekolah. Guru dan
pustakawan berperan sangat vital untuk mendidik siswa untuk menjadi manajer
informasi dan tetap belajar seumur hidup. Cara yang dapat dilakukan adalah
melibatkan siswa dalam manajemen perpustakaan sebagai salah satu komponen
pengelola perpustakaan sekolah. Cara ini merupakan cara yang sudah diterapkan
di perpustakaan sekolah di negara maju yang terbukti menghasilkan siswa yang
sangat kreatif dalam mencari dan menggunakan informasi.
Dengan
melibatkan dan memberikan kepercayaan pada siswa untuk ikut mengelola,
perpustakaan juga mendidik mereka untuk bertanggung jawab pada keadaan
perpustakaan. Siswa akan menjadi paham apa yang masalah yang dihadapi
perpustakaan dan berkreasi untuk mencari cara mengatasinya. Yang paling utama
dalam manajemen perpustakaan sekolah adalah kemajuan peran pustakawan yang
tadinya adalah “penjaga buku” ("keeper of the books") menjadi “ahli
sumber informasi” (information resource specialist). Pustakawan menjadi orang
yang mengetahui informasi apa yang paling diperlukan siswa dan bagaimana
mendapatkannya. Dengan kemampuannya, seorang pustakawan akan mendidik siswa
memiliki sumber informasi.
D.
Faktor-Faktor Pendukung Lainnya
Teknologi
Informasi
Teknologi informasi
merupakan satu hal yang tidak bisa dihindarkan akan masuk ke dalam proses
perkembangan perpustakaan. Apalagi dalam perpustakaan khusus yang mengutamakan
informasi yang muktahir dan serba cepat, maka penerapan teknologi informasi
adalah kebutuhan mutlak. Hal ini terutama difokuskan pada teknologi yang
memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memperoleh informasi lebih luas,
cepat, tepat, dan up to date, misalkan melalui fasilitas Internet, Database
Online, Media Compact Disk, dan sebagainya.
Jaringan
Kerjasama
Jaringan
kerjasama perpustakaan adalah penting, terutama bagi perpustakaan khusus yang
memiliki perhatian dalam bidang yang sama. Kerjasama ini akan banyak membantu
untuk peningkatan layanan perpustakaan dan saling melengkapi layanan informasi
antara satu perpustakaan dan perpustakaan lainnya dalam jaringan tersebut.
Pemasaran /
Promosi
Pemasaran
atau promosi adalah hal penting yang perlu dilakukan dalam sebuah perpustakaan
khusus. Promosi bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara perpustakaan
dan calon pengguna. Karena salah satu keberhasilan sebuah perpustakaan adalah
dapat dilihat dari tingkat kunjungan pengguna dan pemanfaatan informasi
(koleksi) oleh pengguna. Hal yang penting yang harus dipikirkan adalah dukungan
dari manajemen, karena promosi mestinya termasuk dalam anggaran perpustakaan
dan terintegrasi ke dalam proses perencanaan perpustakaan.
Dengan
demikian, untuk mencapai gambaran ideal tentang kondisi perpustakaan sekolah,
terdapat beberapa komponen yang secara berurutan atau serentak dibangun dan
dikembangkan, seperti yang telah diuraikan diatas.
E.
Simpulan
Pembangunan
dan pengelolaan perpustakaan sekolah hanya dapat dilakukan dan menghasilkan
kondisi yang ideal melalui kerjasama yang kompak antara pustakawan, guru, siswa
dan manajemen sekolah. Perkembangan dan pemeliharaan koleksi yang merupakan
tanggung jawab bersama dapat dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
Untuk itu seorang pustakawan perpustakaan sekolah haruslah orang yang memiliki
kemampuan membina hubungan dengan banyak pihak dari berbagai lapisan sosial
dalam masyarakat. Pustakawan juga dituntut untuk selalu kreatif, inisiatif dan
inovatif. Oleh karena itu idealnya pustakawan sekolah memiliki pendidikan
khusus dalam bidang perpustakaan dan informasi dan tidak merangkap jabatan
sebagai guru sehingga memiliki konsentrasi tinggi terhadap profesinya sebagai
pustakawan.
Di atas
semua itu, manajemen sekolah adalah pihak yang paling menentukan apakah sebuah
perpustakaan di sekolahnya akan dapat terus berkembang atau mati. Manajemen
sekolah harus sadar (atau disadarkan) bahwa perpustakaan di sekolahnya adalah
sumber belajar yang utama yang jika dijalankan dengan dukungan kualitas yang
tinggi, akan melahirkan siswa dengan kualitas yang tinggi, yang pada akhirnya
akan mengangkat reputasi sekolah itu sendiri.
F.
Daftar Pustaka
Rusmana,
Agus. 2008. Membangun dan Mengelola Perpustakaan Sekolah yang Ideal.Bandung:
UNPAD.
Sudarsono
Sudirdjo. 2008. Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. http://purwanto.web.id/?p=114.
Diakses Pada Tanggal 17 November 2009.
Surachman,
Arif. 2005.Pengelolaan Perpustakaan Khusus. Yogyakarta: UGM.
Syukur,
Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail.
Purwanto.
2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
0 comments:
Post a Comment